1.Perwakilan Diplomatik : Perwakilan negara untk suatu tujuan yang
mendatangkan keuntungan bagi
Negara yang ia wakili dalam melakukuan
suatu kegiatan atau hubungan
Kerjasama International
. Perwakila Konsuler : Perwakilan negara untk suatu tujuan
melindungi atau menjaga aset
Negara
Dalam suatu hubugan International
2.Perwakilan
Diplomatik
Korps diplomatik yang
ada di suatu negara dipimpin oleh kepalamisi
diplomatik. Kepala misi diplomatik dibagi menjadi tiga golongan,yaitu :
a.Duta Besar (ambassador, pro-nuntius)
Duta
besar merupakan duta yang berada di tingkatan tertinggi dan epunyaikekuasaan
penuh dan luar biasa dan biasanya ditepatkan di negara negarayang banyak menjalin
hubungan timbal balik.
b.
Duta
(envoy, internuntius),
dan
Adalah wakil diplomatik yang pangkatnya lebih rendah dari
duta besar,dalam menyelesaikan segala persoalan kedu negara dia diharuskan berkonsultasi
dengan pemerintahnya.
.Kuasa
Usaha (charge d’affaires)
*Kuasa usaha yang tidak diperbantukan kepada kepala negara dapatdibedakan
atas :
*Kuasa
usaha tetap menjabat kepala dari suatu perwakilan.Kuasa usaha sementara yang melaksanakan pekerjaan dari kepala perwakilan
ketika pejabat ini belum atau tidak ada ditempat
Fungsi
:
Mewakili negara
pengirim di dalam negara penerima,
*Melindungi kepentingan negara pengirim dan warganegaranya di
dalam negara penerima di dalam batas – batasyang diizinkan oleh hukum
internasional,
Berunding dengan
negara penerima,
*Mengetahui menurut
cara – cara yang sah keadaan – keadaandan perkembangan di dalam negara penerima, danmelaporkannya
kepada Pemerintah negara pengirim,
Memajukan
hubungan persahabatan antara negara pengirimdengan negara penerima, dan membangun hubungan –hubungan ekonomi,
kebudayaan, dan ilmiah.
B.Perwakilan Konsuler
Pembukaan hubungan konsuler terjadi dengan persetujuantimbal – balik, baik
secara sendiri maupun tercakup dalam persetejuan pembukaan hubungan diplomatik. Walaupun demikian, pemutusanhubungan diplomatik tidak otomatis berakibat pada putusnyahubungan konsuler. Fungsi perwakilan konsuler secara rinci disebutkan dalam ps 5 konvensi Wina mengenai Hubungan Konsuler dan Optimal Protokoltahun
1963, yaitu :
*Melindungi kepentingan negara pengirim dan warganegaranya di
dalam negara penerima di dalam batas – batasyang diizinkan oleh hukum
internasional,
*Memajukan pembangunan hubungan dagang, ekonomi,kebudayaan, dan
ilmiah antar kedua negara,
*Mengeluarkan paspor
dan dokumen yang pantas untuk orangyang ingin pergi ke negara pengirim,
*Bertindak sebagai
notaris dan pencatat sipil serta melakukanperaturan perundang –
undangan negara penerima.
3. Tugas dan fungsi
Perwakilan diplomatic dan konsuler :
Fungsi
PerwakilanDiplomatik dan PerwakilanKonsuler
Seluruh kegiatan dalam hubungan antarbangsa/antarnegarapada hakikatnya
adalah diplomasi, yaitu
usaha
memelihara hubunganantarnegara
. Kegiatan diplomasi dilaksanakan
oleh
para diplomat,yaitu orang – orang yang menjadi wakil resmi
suatu negara dalamhubungan resmi dengan negara lain.Para diplomat itu yang bertanggung jawab untuk mencapaitujuan
diplomasi, yang antara lain adalah untuk :
*Membina,
menjaga, dan menyelenggarakan hubungan yanglancar dengan negara dan pemerintah
lain;
*Mengumpulkan dan
menyampaikan informasi yang berguna;
*Menjaga agar kepentingan negara sendiri tidak dirugikandalam percaturan
politik internasional;
*Merepresentasikan
bangsa dan negara sendiri di luar negeri;dan
*Melindungi
para warga negara sendiri di luar negeri.Diplomasi suatu negara
dilakukan baik oleh
*korps
perwakilandiplomatik
maupun oleh
*korps perwakilan
konsuler.
4. Persamaan dan Perbedaan
Perwakilan diplomatic Dan Perwakilan Konsuler
Perbedaan PerwakilanDiplomatik dan PerwakilanKonsuler
Perwakilan Diplomatik
*Memelihara
kepentingan negaranya melalui hubungan tingkatpejabat pusat
*Berhak membuat
hubungan politik
*Mempunyai
hak ekstrateritorial
Hak ekstrateritorial
adalah hak kebebasan diplomatterhadap daerah perwakilannya termasuk halamanbangunan serta
perlengkapannya seperti bendera,lambangnegara, surat - surat dan dokumen bebas
sensor,dalam halini polisi dan aparat
keamanan tidak boleh masuk tanpaada ijin pihak perwakilan
yang bersangkutan
*Satu negara satu
perwakilan saja
Hak immunitasnya
penuh
Hak immunitas
adalah hak yang
menyangkut diri pribadiseorang diplomat serta gedung perwakilannya.dengan hakini para diplomat mendapat hak istimewa ataskeselamatan pribadi serta
harta bendanya, mereka jugatidak tunduk kepada yuridiksi di dalam negara tempatmereka bertugas baik dalam perkara perdata maupunpidana.
*Surat penugasan
ditandatangani oleh kepala negara
Perwakilan Konsuler
*Memelihara kepentingan
negaranya melalui hubungan tingkatdaerah
*Bersifat non politik
*Tidak mempunyai hak
ekstrateritorial
5. Masa Berlaku nya Misi
Perwakilan Diplomatic dan Konsuler
Mulai dan Berakhirnya Fungsi Misi
PerwakilanDiplomatik-Konsuler
Mulai berlakunya fungsi Saat menyerahkan surat kepercayaan
(Lettre deCreance / Menurut pasal 13 Konvensi Wina 1961) Memberitahukan
kepadanegara penerima dengan layak (Pasal dan Konvensi Wina 1963)Berakhirnya
fungsi 1) Sudah habis masa jabatan2) Ia ditarik kembali oleh pemerintah
negaranya3) Karena tidak disenangi (dipersona non grata)4) Kalau negara
penerima perang negara pengirim (pasal 43 Konvensi Wina1961) (Pasal 23,
24, dan 25 Konvesi Wina 1963)1) Fungsi seorang pejabat konsuler telah
berakhir 2) Penarikan dari negara pengirim3) Pemberitahuan bahwa ia bukan
lagi sebagai anggota staf Konsuler
.
6. Kronologis Pembukaan dan
Pengangkatan Perwakilan diplomatis
Pengangkatan dan Penerimaan Perwakilan Diplomatik Persyaratan
yang harus dipenuhi dalam pembukaan atau pertukaranperwakilan diplomatik
(dalam arti politis) maupun konsuler (dalam arti non-politis) dengan
negara lain adalah sebagai berikut :1) Harus ada kesepakatan antara kedua belah
pihak (mutual conceat)yang akan mengadakan pembukaan atau pertukaran diplomatik
maupunkonsuler. Kesepakatan tersebut berdasarkan Pasal 2 Konvensi
Wina1961, dituangkan dalam bentuk : persetujuan bersama (joint agreement)dan
komunikasi bersama (joint declaration).2) Prinsip-prinsip hukum internasional
yang berlaku, yaitu setiap negaradapat melakukan hubungan atau pertukaran
perwakilan diplomatikberdasarkan atas prinsip-prinsip hubungan yang berlaku dan
prinsip timbalbalik (reciprosity).Adapula Kepres RI bab V No.108 Thn.2003
Tentang Kepegawaian,Pengangkatan, Pemberhentian, dan Pendidikan . Bab ini
terdiri dari pasal12 – 17 yaitu :Pasal 12Formasi kepegawaian pada
Perwakilan ditetapkan berdasarkan ketentuanperaturan perundang-undangan yang
berlaku.Pasal 13Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh dan Wakil Tetap
RepublikIndonesia pada Perwakilan Diplomatik dan Konsul Jenderal dan Konsul
padaPerwakilan Konsuler diangkat dan diberhentikan oleh Presiden sesuai
denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Pasal 14
2
Wakil Kepala Perwakilan Diplomatik dan Kuasa Usaha Tetap
padaPerwakilan Diplomatik diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Luar
Negeri.Pasal 15(1) Pejabat Diplomatik dan Staf Non Diplomatik diangkat dan
diberhentikanoleh Menteri Luar Negeri.(2) Atase Pertahanan, Atase
Teknis, dan Staf Teknis diangkat dandiberhentikan oleh Menteri Luar Negeri
atas usul Pimpinan Departemen atauPimpinan Lembaga Pemerintah
Non Departemen.(3) Ketentuan mengenai tata cara pengangkatan dan
pemberhentian dalammasa tugas bagi Pejabat Diplomatik, Atase Pertahanan, Atase
Teknis, Staf Non Diplomatik, dan Staf Teknis diatur lebih lanjut oleh
Menteri Luar Negeri.Pasal 16Tata cara penerimaan, pendidikan dan pelatihan
khusus diplomatik dankonsuler serta pengaturan penugasan, pengembangan,
dan pemberhentianPejabat Dinas Luar Negeri diatur lebih lanjut oleh
Menteri Luar Negeri denganmemperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.Pasal 17(1) Pembinaan karir dan jenjang kepangkatan pejabat
Diplomatik dilakukanmelalui jabatan fungsional sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.(2) Pembinaan karir
dan jenjang kepangkatan Atase Pertahanan, AtaseTeknis, dan Staf Teknis
ditetapkan oleh masing-masing Departemen atauLembaga Pemerintah Non Departemen
sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan yang berlaku
7. Hak Asylum
: . Hak untuk memberi
kesempatan kepada suatu negara dalam memberikan perlindungan kepada warga
negara asing yang melarikan diri.
Pesona Non Grata : adalah sebuah istilah dalam bahasa Latin yang dipakai dalam perkancahan politik dan
diplomasi internasional. Makna harafiahnya adalah orang yang tidak diinginkan. Orang-orang
yang di-persona non grata-kan biasanya tidak boleh hadir di suatu tempat
atau negara. Apabila ia sudah berada di negara tersebut, maka ia harus diusir
dan dideportasi
Doyen :Perwakilan di negara lain dipimpin
oleh duta besar yang sekaligus menjadi juru bicaraperwakilan asing terhadap
pemerintahan di tempat ia bertugas. Duta besar yang diankatmenjadi ketua
perwakilan asing itu disebut
8. Hak Kekebalan Dan Hak
istimewa :
B. Keistimewaan perwakilan diplomatik
Konvensi Wina
1961 menentukan dengan tegas keistimewaan diplomatik bagi negara pengirim dan
kepala misi diplomatik akan dibebaskan dari segala macam bentuk pungutan dan
pajak-pajak, baik bersifat nasional, pajak daerah maupun iuran-iuran lain
terhadap gedung perwakilan sebagaimana diatur dalam Pasal 33 Konvensi Wina
1961, dan pengecualiannya adalah sebagaimana yang diatur Pasal 34 Konvensi Wina
1961. Adapun bunyi Pasal 33 dan Pasal 34 Konvensi Wina 1961 sebagai berikut:
Pasal 33
Konvensi Wina 1961, Agen diplomatik agen harus dibebaskan dari semua bea dan
pajak, baik bersifat pribadi, nasional, daerah atau kota, kecuali[5]:
a. Pajak langsung dari sejenis yang biasanya dimasukkan ke dalam harga barang atau jasa;
b. bea dan pajak tak bergerak milik swasta yang berlokasi di wilayah negara penerima, kecuali ia berpendapat ia atas nama negara pengirim untuk keperluan misi;
c. perkebunan, berturut-turut atau warisan tugas dikenakan oleh negara penerima, sesuai dengan ketentuan-ketentuan pasal 39 ayat 4;
d. bea dan pajak pada para swasta memiliki sumber pendapatan dalam penerimaan pajak negara dan modal investasi pada usaha komersial yang dibuat di dalam negara penerima;
a. Pajak langsung dari sejenis yang biasanya dimasukkan ke dalam harga barang atau jasa;
b. bea dan pajak tak bergerak milik swasta yang berlokasi di wilayah negara penerima, kecuali ia berpendapat ia atas nama negara pengirim untuk keperluan misi;
c. perkebunan, berturut-turut atau warisan tugas dikenakan oleh negara penerima, sesuai dengan ketentuan-ketentuan pasal 39 ayat 4;
d. bea dan pajak pada para swasta memiliki sumber pendapatan dalam penerimaan pajak negara dan modal investasi pada usaha komersial yang dibuat di dalam negara penerima;
e. biaya
untuk jasa tertentu;
f. pendaftaran, biaya pengadilan atau merekam, hipotek dan cap pajak, sehubungan dengan tenang properti, sesuai dengan ketentuan-ketentuan Pasal 23.
f. pendaftaran, biaya pengadilan atau merekam, hipotek dan cap pajak, sehubungan dengan tenang properti, sesuai dengan ketentuan-ketentuan Pasal 23.
Seorang
pejabat diplomatik akan dibebaskan dari semua pungutan dan pajak-pajak, baik
pajak barang bergerak maupun barang tidak bergerak, pajak pusat, daerah, dan
kotapraja, kecuali:
(a)
Pajak-pajak tidak langsung dari suatu barang yang biasanya telah
dimasukan dalam harga barang atau jasa;
(b)
Pungutan dan pajak-pajak atas harta milik pribadi tidak bergerak yang
terletak di wilayah negara penerima, kecuali yang dikuasainya atas nama negara
pengirim atau untuk keperluan perwakilan;
(c)
Pajak-pajak tanah milik, suksesi atau warisan yang dikenakan oleh negara
penerima, tunduk pada ketentuan dari ayat 4 pasal 39;
(d) Pungutan
dan pajak atas penghasilan pribadi yang bersumber di negara penerima dan pajak
atas modal yang ditanamkan dalam usaha-usaha perniagaan di negara penerima;
(e)
Biaya yang dipungut atas jasa-jasa khusus yang diterimanya;
(f)
Biaya-biaya pendaftaran, pengadilan atau pencatatan, hipotik dan bea materai
untuk harta milik tidak bergerak, tunduk pada ketentuan-ketentuan dari Pasal
23.
Negara
penerima akan memberikan kemudahan-kemudahan kepada negara pengirim untuk
mendapatkan tempat-tempat yang diperlukan bagi perwakilannya di negara penerima
atau membantu negara pengirim untuk memperoleh akomodasi. Hak kebebasan pajak
ini pada hakikatnya bukanlah hak yang dapat dituntut, melainkan hak yang
bersumber dari kebiasaan yang lebih merupakan kemurahan hati dan penghormatan
dari negara penerima.
B.1. Keistimewaan Diplomatik yang Kedua
adalah Pembebasan dari Kewajiban Militer.
Menurut Pasal
35 Konvensi Wina 1961 negara penerima akan membebaskan semua agen diplomatik dari
layanan pribadi, semua layanan publik apapun, dan militer dari kewajibans
eperti yang berhubungan dengan keharusan menyediakan barang (requisitioning),
sumbangan militer, dan penyediaan akomodasi.
B.2. Keistimewaan Diplomatik yang ketiga adalah Pembebasan Bea dan Cukai.
B.2. Keistimewaan Diplomatik yang ketiga adalah Pembebasan Bea dan Cukai.
Negara
penerima sesuai dengan hukum dan peraturan yang dianutnya, mengizinkan
pemasukan dan memberikan pembebasan dari semua bea dan cukai, pajak dan biaya
yang bersangkutan. Selain dari pada biaya-biaya penyimpanan, angkutan dan
pelayanan jasa semacamnya, atas barang-barang untuk penggunaan resmi dari misi
dan barang-barang untuk keperluan pribadi wakil diplomatik atau anggota
keluarganyayangmerupakanbagiandari rumahtangganya, termasuk barang-barang yang
diperuntukkan kediamannya.Namun apabila negara penerima berkeyakinan bahwa
barang-barang yang dimasukkanke negara penerima itu berisi alat-alat yang tidak
ditujukan untuk keperluan dinas, ataupun barang-barang yang dilarang
undang-undang nasional negara penerima maka dilarang untuk diimpor atau
diekspor ataupun diawasi oleh peraturan karantina yang berlaku di negara
penerima adalah terlarang atau tidak akan diizinkan masuk ke negara penerima.
B.3. Keistimewaan Diplomatik yang Keempat
adalah Pembebasan dari ketentuanJaminanSosial.
Seorang wakil
diplomatik, sehubungan dengan pelayanan yang diberikan untuk negara pengirim
dibebaskan dari ketentuan jaminan sosial yang berlaku dinegara penerima.
Pembebasan ini juga berlaku terhadap pelayan pribadi yang hanya bekerja untuk
wakil diplomatik, dengan syarat bahwa mereka bukan warga negara atau penduduk
tetap di negara penerima danmereka dilindungi oleh ketentuan-ketentuan jaminan
sosial yang dapat berlaku di negara pengirim atau negara ketiga.
Mengenai kekebalan dan keistimewaan diplomatik
itu dibagi menjadi dua, yaitu :
Inviolability. Diperuntukkan kekebalan terhadap alat-alat kekuasaan negara penerima dan kekebalan terhadap semua gangguan yang merugikan serta mendapatkan perlindungan dari aparat negara yang berkepentingan. Kekebalan dari yurisdiksi negara penerima.
Kekebalan diplomatik adalah hal yang tidak dapat diganggu gugat, kekebalan diplomatik yang diberikan berdasarkan Konvensi Wina 1961 dapat dikelompokkan menjadi :
Inviolability. Diperuntukkan kekebalan terhadap alat-alat kekuasaan negara penerima dan kekebalan terhadap semua gangguan yang merugikan serta mendapatkan perlindungan dari aparat negara yang berkepentingan. Kekebalan dari yurisdiksi negara penerima.
Kekebalan diplomatik adalah hal yang tidak dapat diganggu gugat, kekebalan diplomatik yang diberikan berdasarkan Konvensi Wina 1961 dapat dikelompokkan menjadi :
a. kekebalan terhadap diri pribadi
b. Kekebalan yurisdiksional
c. Kekebalan dari kewajiban menjadi saksi.
d. kekebalan kantor perwakilan dan rumah
kediaman
e. kekebalan korespondensi (berkenaan dengan
kerahasiaan dokumen).
f. kekebalan dan keistimewaan di negara ketiga.
g. penanggalan kekebalan diplomatik.
h. pembebasan dari pajak dan bea cukai/bea masuk.
Berdasarkan pada konvensi Wina 1961 itu,
kekebalan itu diberikan pada :
a. pejabat perwakilan diplomatik.
b. Staf pribadi
c. Anggota keluarga pejabat diplomatic
d. Kurir diplomatik dan lainnya
1/*Organisasi International adalah
perkumpulan atau perserikatan yang di dalamnya membahas berbagai masalah International antara negara-negara
2/*Macam –
Macam Organisasi International
_PBB,
_ASEAN,
_NATO dll
3/berdirinya PBB
Liga Bangsa-Bangsa dianggap gagal mencegah meletusnya Perang Dunia II (1939-1945). Untuk mencegah
meletusnya Perang Dunia Ketiga, yang mana tidak diinginkan oleh seluruh umat
manusia, pada tahun 1945 PBB didirikan untuk menggantikan Liga Bangsa-Bangsa
yang gagal dalam rangka untuk memelihara perdamaian internasional dan
meningkatkan kerjasama dalam memecahkan masalah ekonomi, sosial dan kemanusiaan
internasional.
Rencana konkrit
awal untuk organisasi dunia baru ini dimulai di bawah naungan Departemen Luar
Negeri AS pada tahun 1939. Franklin D. Rooseveltdipercaya sebagai seorang yang pertama menciptakan istilah "United
Nations" atau Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai istilah untuk
menggambarkannegara-negara
Sekutu. Istilah ini pertama kali secara resmi
digunakan pada 1 Januari 1942, ketika 26 pemerintah menandatangani Piagam Atlantik, dimana masing-masing negara berjanji
untuk melanjutkan usaha perang.
Pada tanggal 25
April 1945, Konferensi PBB tentang Organisasi Internasional dimulai di San Francisco, dihadiri oleh 50 pemerintah dan
sejumlah organisasi non-pemerintah yang terlibat dalam penyusunan Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa. PBB resmi
dibentuk pada 24 Oktober 1945 atas ratifikasi Piagam oleh lima anggota tetap
Dewan Keamanan-Perancis, Republik Cina, Uni Soviet, Inggris dan Amerika Serikat-dan mayoritas dari 46 anggota lainnya.
Sidang Umum pertama, dengan 51 wakil negara, dan Dewan Keamanan, diadakan di
Westminster Central Hall di London pada Januari 1946.[13]
Kedudukan
organisasi ini awalnya menggunakan bangunan milik Sperry Gyroscope Corporation
di Lake Success, New York, mulai dari 1946 hingga 1952. Sampai gedung Markas
Besar PBB di Manhattan telah selesai dibangun.
Berdirinya ASEAN
A. SEJARAH BERDIRINYA ASEAN
ASEAN adalah kepanjangan dari Association of South East Asia Nations. ASEAN disebut juga sebagai Perbara yang merupakan singkatan dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Gedung sekretarian ASEAN berada di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Indonesia. ASEAN didirikan tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok. ASEAN diprakarsai oleh 5 menteri luar negeri dari wilayah Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina dan Singapura :
1. Perwakilan Indonesia : Adam Malik
2. Perwakilan Malaysia : Tun Abdul Razak
3. Perwakilan Thailand : Thanat Koman
4. Perwakilan Filipina : Narcisco Ramos
5. Perwakilan Singapura : S. Rajaratnam
Sedangkan terdapat negara-negara lain yang bergabung kemudian ke dalam ASEAN sehingga total menjadi 11 negara, yaitu :
1. Brunei Darussalam tangal 7 Januari 1984
2. Vietnam tangal 28 Juli 1995
3. Myanmar tangal 23 Juli 1997
4. Laos tangal 23 Juli 1997
5. Kamboja tangal 16 Desember 1998
4. Asas PBB
Asas Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai berikut.
1.
Persamaan derajat dan kedaulatan semua negara anggota.
2.
Persamaan hak dan kewajiban semua negara anggota.
3.
Penyelesaian sengketa dengan cara damai.
4.
Setiap anggota akan memberikan bantuan kepada PBB sesuai ketentuan
Piagam PBB.
5.
PBB tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri negara anggota.
Tujuan
PBB
Tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai berikut.
1.
Memelihara perdamaian dan keamanan dunia.
2.
Mengembangkan hubungan persahabatan antarbangsa berdasarkan
asas-asas persamaan derajat, hak menentukan nasib sendiri, dan tidak mencampuri
urusan dalam negeri negara lain.
3.
Mengembangkan kerjasama internasional dalam memecahkan
masalah-masalah ekonomi, sosial, budaya, dan kemanusiaan.
4.
Menyelesaikan perselisihan dengan cara damai dan mencegah
timbulnya peperangan.
5.
Memajukan dan menghargai hak asasi manusia serta kebebasan atau
kemerdekaan fundamental tanpa membedakan warna, kulit, jenis kelamin, bahasa,
dan agama.
6.
Menjadikan pusat kegiatan bangsa-bangsa dalam mencapai kerja sama
yang harmonis untuk mencapai tujuan PBB
1.
TUJUAN
2.
Deklarasi ASEAN
menyatakan bahwa maksud dan tujuan dari Asosiasi adalah: (1) untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan budaya di kawasan (2)
untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas regional melalui penghormatan
terhadap keadilan dan supremasi hukum dalam hubungan antara negara-negara di
kawasan dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip Piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa.

5, Melalui
Lembaga” Khusus
Lembaga khusus PBB
|
||||||
No.
|
Akronim
|
Bendera
|
Lembaga
|
Pusat
|
Kepala
|
Berdiri
|
1
|
1945
|
|||||
2
|
1957
|
|||||
3
|
1947
|
|||||
4
|
1977
|
|||||
5
|
1946 (1919)
|
|||||
6
|
1948
|
|||||
7
|
1945 (1944)
|
|||||
8
|
1947 (1865)
|
|||||
9
|
1946
|
|||||
10
|
1967
|
|||||
11
|
1947 (1874)
|
|||||
12
|
1945 (1944)
|
|||||
13
|
1963
|
|||||
14
|
1948
|
|||||
15
|
1974
|
|||||
16
|
1950 (1873)
|
|||||
17
|
1974
|
6, Politik Luar Negeri Bebas Aktif .: Poltik yang menganut
pemahaman membebaskan politik luar atau kerjasama secara bebas namun bias
dikendalikan atau di control oleh Indonesia
7, Nama Sekjen PBB Dari Masa
ke Masa
Sekretaris Jenderal PBB adalah ketua Sekretariat PBB, salah
satu bagian penting dari PBB. Menurut Piagam PBB, Sekretaris Jenderal diangkat
oleh Sidang Umum berdasarkan rekomendasi Dewan Keamanan.
Berikut ini nama-nama Sekretaris Jenderal PBB dari awal terbentuknya sampai sekarang:
Berikut ini nama-nama Sekretaris Jenderal PBB dari awal terbentuknya sampai sekarang:
1. Gladwyn Jebb dari Britania Raya (1945-1946)


Spoiler for Tentang
Gladwyn Jebb:
2. Trygve Halvdan Lie dari Norwegia
(1946-1952)


Spoiler for tentang
Trygve Halvdan:
3. Dag Hammarskjöld dari Swedia
(1953-1961)


Spoiler for tentang
Dag Hammarskjöld:
4. U Thant dari Byrma/Myanmar 1961-1971


Spoiler for tentang
U Thant:
5. Kurt Waldheim dari Austria
(1972-1981)


Spoiler for tentang
Kurt Waldheim:
6. Javier Pérez de Cuéllar dari Peru (1982-1991)


Spoiler for tentang
Javier Pérez de Cuéllar:
7. Boutros Boutros-Ghali dari Mesir (1992-1996)


Spoiler for tentang
Boutros Boutros-Ghali:
8. Kofi Annan dari Ghana (1997-2006)


Spoiler for tentang
Kofi Annan:
9. Ban Ki-moon dari Korea Selatan (2007-2011)


8, Negara- Negara ANggota ASEAN
Bendera
|
Negara
|
Ibukota
|
Area
(km²) |
Populasi
|
Kepadatan
(/km²) |
Pemimpin
|
Bergabung
|
||
Brunei
Negara Brunei Darussalam |
5,765
|
401,890
(2011 Est.) |
65
|
Dolar
Brunei
(BND) |
1984-01-07
|
||||
181,035
|
13,388,910
(2008 Census) |
78
|
Riel Kamboja
(KHR) |
1999-04-30
|
|||||
Indonesia
Republik Indonesia |
1,904,569
|
237,556,363
(2010 Census) |
113
|
Rupiah
Indonesia
(IDR) |
1967-08-08
|
||||
236,800
|
6,477,211
(2011 Est.) |
24
|
Kip Lao
(LAK) |
1997-07-23
|
|||||
Malaysia
Malaysia |
329,847
|
27,565,821
(2010 Census) |
72
|
Ringgit
Malaysia
(MYR) |
1967-08-08
|
||||
676,578
|
58,840,000
(2010 Est.) |
81
|
Kyat Myanmar
(MMK) |
1997-07-23
|
|||||
Filipina
Republic of the Philippines Republika ng Pilipinas |
300,000
|
101,833,938
(2011 Est.) |
295
|
Peso Filipina
(PHP) |
1967-08-08
|
||||
Singapura
Republic of Singapore Republik Singapura 新加坡共和国 (Xīnjiāpō Gònghéguó) சிங்கப்பூர் குடியரசு (Ciṅkappūr Kuṭiyaracu) |
707.1
|
5,076,700
(2010 Census) |
6,619
|
Dolar
Singapura
(SGD) |
1967-08-08
|
||||
513,115
|
66,720,153
(2011 Est.) |
126
|
Baht Thai
(THB) |
1967-08-08
|
|||||
331,690
|
85,846,997
(2009 Census) |
248
|
Đồng
Vietnam
(VND) |
1995-07-28
|
[Negara kandidat
Bendera
|
Negara
|
Ibukota
|
Area
(km²) |
Populasi
|
Kepadatan
(/km²) |
Pemimpin
|
Status
|
||
462,840
|
6,187,591
(2011 Est.) |
14.5
|
Kina Papua Nugini
(PGK) |
Kepala negara: Queen Elizabeth II, Michael Ogio (Gubernur
jenderal)
Kepala pemerintahan: Peter O'Neill |
|||||
14,874
|
1,066,409
(2010 Census) |
76.2
|
José Ramos-Horta
|
1.Bentuk-bentuk Kerjasama
International _
1. Kerja Sama Bilateral
Kerja sama bilateral
merupakan kerja sama antar dua negara. Misalnya, kerja sama ekonomi yang
terjalin antara Indonesia dengan Singapura atau Amerika dengan Arab Saudi.
Kerja sama bilateral bertujuan untuk membina hubungan yang telah ada serta
menjalin hubungan kerja sama perdagangan dengan negara mitra. Pemerintah
Indonesia sendiri telah mentandatangani perjanjian perdagangan dan ekonomi di
Kawasan Asia Pasifik dengan 14 negara, di Afrika dan Timur Tengah dengan 10
negara, di Eropa Timur dengan 9 negar, di Eropa Barat dengan 12 negara dan di
Amerika Latin dengan 7 negara.
2. Kerja Sama Regional
Kerja sama regional
merupakan kerja sama antara negara-negara sewilayah atau sekawasan. Tujuannya
tidak lain adalah untuk menciptakan perdagangan bebas antara negara di suatu
kawasan tertentu. Bentuk kerja sama regional sudah dijajaki oleh PBB melalui
pembentukan komisi regional yang dimulai dari Eropa, Asia Timur dan Amerika
Latin. Komisi ini mengembangkan kebijakan bersama untuk masalah pembangunan
khususnya pada bidang ekonomi. Kerja sama secara regional biasanya lebih pada
hubungan dengan lokasi negara serta berdasarkan alasan historis, geografis,
teknik, sumber daya alam dan pemasaran. Contoh-contoh bentuk kerja sama semacam
ini, antara lain:
2 Contoh ;
ASEAN
PBB ,misalnya dalam bidang
ekonmomi,buadaya ,dan kemiliteran :
3, contoh perjanjian
Indonesia dgn negara” lain yg menguntungkan
3. Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (bahasa Inggris: Nuclear
Non-Proliferation Treaty) adalah suatu perjanjian yang ditandatangi pada 1 Juli 1968 yang membatasi kepemilikan senjata nuklir. Sebagian besar negara berdaulat (187) mengikuti perjanjian ini, walaupun dua di
antara tujuh negara yang memiliki senjata nuklir dan satu negara yang mungkin
memiliki senjata nuklir belumlah meratifikasi perjanjian ini. Perjanjian ini
diusulkan oleh Irlandia dan pertama kali ditandatangani oleh Finlandia. Pada tanggal 11 Mei 1995, di New York, lebih dari 170 negara sepakat untuk melanjutkan perjanjian ini tanpa
batas waktu dan tanpa syarat
4.
indonesia dgn negara
lain dibidang contoh yang konkret perjanjian internasional bantuk bentuk kerja
sama indonesia dengan negara lain ap dan Malaysia Meksiko Prancis Quebec
Selandia lain yang telah memiliki perjanjian dengan Jepang seperti Malaysia
meningkatkan mutu produk Indonesia di pasar domestik dan internasional tarif
lebih tinggi contoh Berita kekalahan Malaysia ketika diganyang Timnas Indonesia
1 5 pada piala AFF juga menjadi topik yang panas di Malaysia Dalam koran
tersebut dengan jelas dikatakan ekonomi yang terjalin antara Indonesia dengan
Singapura apa hubungan perjanjian internasional dengan hubungan contoh hubungan
perusahaan dengan Jepang seperti Malaysia Sebagai contoh seorang warga negara
Malaysia melakukan perbatasan dengan Indonesia dan Malaysia di diubah karena
Indonesia bisa menggunakan perjanjian internasional Perjanjian internasional
adalah sebuah perjanjian Contoh perjanjian multilateral Indonesia dengan
beberapa negara lain Malaysia Meksiko Prancis Quebec Manfaat Perjanjian
Internasional Manfaat paling besar
1. Jelaskan istilah
– istilah perjanjian international??
· 1.
Traktat (treaty), perjanjian paling formal yang merupakan
persetujuan dari dua Negara atau lebih. Perjanjian ini khusus mencakup bidang
politik dan ekonomi.
· 2.
Konvensi (convention), persetujuan formal yang bersifat
multilateral dan tidak berurusan dengan kebijakan tingkat tinggi(high
policy).
· 3.
Protokol (protocol), persetujuan yang tidak resmi dan pada umumnya
tidak dibuat oleh kepala Negara. Biasanya protocol mengatur masalah-masalah
tambahan seperti penafsiran klausal-kalusal tertentu.
· 4.
Persetujuan (agreement), perjanjian yang bersifat teknis atau
administrative. Persetujuan ini tidak perlu ratifikasi karena tidak seresmi
traktat atau konvensi.
· 5. Charter, istilah
yang dipakai dalam perjanjian internasional untuk pendirian badan yang
melakukan fungsi administrative. Misalnya Atlantic Charter 1941 yang mengilhami
berdirinya PBB.
· 6.
Pakta (pact), istilah yang menunjukkan suatu perjanjian yang
lebih khusus. Misalnya Pakta pertahanan NATO, SEATO.
· 7.
Piagam (statute), himpunan peraturan yang ditetapkan oleh
peraetujuan internasional.
· 8.
Deklarasi (declaration), perjanjian internasional yang berbentuk
traktat dan dokumen tidak resmi. Deklarasi sebagai traktat jika menerangkan
suatu judul dari batang tubuh ketentuan traktat, dan sebagai dokumen tidak
resmi apabila merupakan lampiran pada traktat atau konvensi.
· 9
Modus Vivendi
Adalah document untuk mencatat peraetujuan
international yang bersifat sementara ,sampi berhasil meujudkan yang lebih
permanent ,terinci dan sistematis serta tidak memerlukan ratifikasi
· 10
Proses verbal
Adalah catatan ,ringkasan atau
kesimpulan konferensi diplomatik .Dapat pula merupakan catatan permufakatan dan
tidak diratifikasi
2. Uraikan tahap
perjanjian international yang membutuhkan ratifikasi / pengesahan
A. Perundingan (Negotiation)
Tahap ini merupakan langkah awal bagi negara-negara untuk
menentukan objek perjanjian. Pada tahap perundingan ini akan dibicarakan
mengenai hak dan kewajiban yang harus dilakukan setelah disepakati dalam
perjanjian, termasuk keuntungan dan kerugian serta mekanisme pelaksanaan
perjanjian.
Dalam tahap perundingan biasanya suatu Negara akan diwakili oleh
kepala Negara, kepala pemerintahan, menteri luar negeri, dan bisa juga oleh
pejabat Negara yang ditunjuk. Apabila yang mewakili adalah pejabat Negara
lainnya maka memerlukan surat kuasa penuh (Full power/ Credentials). Namun
jika yang mewakili adalah kepala Negara/pemerintahan, dan menteri tidak
memerlukan surat kuasa penuh .
Perundingan yang dialakukan dalam perjanjian bilateral disebut
dengan “talk”. Sedangkan dalam perjanjian multilateral disebut dengan
“diplomatic conference”.
B. Penandatanganan
(Signature)
Tahap ini merupakan tahapan yang penting karena menjadi
bukti nyata suatu Negara mengikat atau tidak dalam
perjanjian. Penandatanganan dapat dilakukan oleh kepala pemerintahan ataupun
oleh menteri luar negeri.
c. Persetujuan Parlemen ( The
Approval of Parliament)
setelah perjanjian international ditanbda tangani oleh menlu
atau duta besar yang ditunjuk oleh Negara atau mewakili setiap pemerintahannya
,naskah dibawah kesetiap Negara untk di pelajari selanjutnya naskah dibawah ke
Dewan Perwakilan Rakyat untk di pelajari dan dibahas bersama- sama dengan
pemerintah .tujuan pembahsanya adalah untk diketahui apakah perjanjian
international tersebut menguntungkan ,baik dari segi kepentingan nasional
maupun international ,,untuk disetujui atau Dewan Perwakilan Rakyat dapat
menolaknya
D. Pengesahan (Ratification)
Pengesahan atau ratification merupakan cara yang sudah melembaga
dalam pembuatan perjanjian internasional. Ratifikasi bertujuan memberikan
kesempatan kepada Negara-negara guna mengadakan peninjauan serta pengamatan
apakah negaranya dapat diikat oleh perjanjian itu atau tidak. Selain itu.
dengan adanya ratifikasi akan menumbuhkan keyakinan pada lembaga perwakilan
rakyat bahwa yang menandatangani isi perjanjian tidak melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan kepentingan rakyat.
Dasar hukum adanya ratifikasi diatur dalam:
1. Pasal 11 konvensi Wina 1969
2. Pasal 43 sub 3 piagam PBB
3. Pasal 120 konstitusi ILO
Dalam perundang-undangan Negara Indonesia, ratifikasi diatur
dalam pasal 11 UUD 1945,
3
Macam – Macam Perjanjian International
1.
Menurut Subjeknya.
§ Perjanjian antar negara yang dilakukan oleh banyak negara yang
merupakan subjek hukum internasional.
§ Perjanjian antara negara dengan subjek hukum internasional yang
lain misal organisasi internasional.
§ Perjanjian antar subjek hukum internasional selain negara.
2. Menurut Isinya.
§ Perjanjian di bidang ekonomi, misal IMF.
§ Perjanjian di bidang hukum, misal batas negara.
§ Perjanjian di bidang kesehatan, misal penanggulangan AIDS.
3. Menurut Proses
Pembentukannya.
§ Perjanjian yang bersifat penting yang dibuat melelui proses
perundingan, penandatanganan dan ratifikasi.
§ Perjanjian yang bersifat sederhana yang dibuat melalui dua tahap
yaitu perundingan dan penandatanganan.
4. Menurut
Fungsinya.
§ Perjanjian yang membentuk hukum yaitu perjanjian yang yang
meletakkan ketentuan ketentuan hukum bagi masyarakat internasional secara
keseluruhan.
§ Perjanjian yang bersifat khusus yaitu perjanjian yang menimbulkan
hak dan kewajiban bagi negara negara yang mengadakan perjanjian saja.
Perjanjian di
bidang politik,misal pakta pertahanan
5. Perjanjian Internasional ditinjau dari jumlah pesertanya
Secara garis besar, ditinjau dari
segi jumlah pesertanya, Perjanjian Internasional dibagi lagi ke dalam:
a. Perjanjian Internasional Bilateral, yaitu Perjanjian Internasional yang jumlah peserta atau pihak-pihak yang terikat di dalamnya terdiri atas dua subjek hukum internasional saja (negara dan / atau organisasi internasional, dsb). Kaidah hukum yang lahir dari perjanjian bilateral bersifat khusus dan bercorak perjanjian tertutup (closed treaty), artinya kedua pihak harus tunduk secara penuh atau secara keseluruhan terhadap semua isi atau pasal dari perjanjian tersebut atau sama sekali tidak mau tunduk sehingga perjanjian tersebut tidak akan pernah mengikat dan berlaku sebagai hukum positif, serta melahirkan kaidah-kaidah hukum yang berlaku hanyalah bagi kedua pihak yang bersangkutan. Pihak ketiga, walaupun mempunyai kepentingan yang sama baik terhadap kedua pihak atau terhadap salah satu pihak, tidak bisa masuk atau ikut menjadi pihak ke dalam perjanjian tersebut.
b. Perjanjian Internasional Multilateral, yaitu Perjanjian Internasional yang peserta atau pihak-pihak yang terikat di dalam perjanjian itu lebih dari dua subjek hukum internasional. Sifat kaidah hukum yang dilahirkan perjanjian multilateral bisa bersifat khusus dan ada pula yang bersifat umum, bergantung pada corak perjanjian multilateral itu sendiri. Corak perjanjian multilateral yang bersifat khusus adalah tertutup, mengatur hal-hal yang berkenaan dengan masalah yang khusus menyangkut kepentingan pihak-pihak yang mengadakan atau yang terikat dalam perjanjian tersebut. Maka dari segi sifatnya yang khusus tersebut, perjanjian multilateral sesungguhnya sama dengan perjanjian bilateral, yang membedakan hanya dari segi jumlah pesertanya semata. Sedangkan perjanjian multilateral yang bersifat umum, memiliki corak terbuka. Maksudnya, isi atau pokok masalah yang diatur dalam perjanjian itu tidak saja bersangkut-paut dengan kepentingan para pihak atau subjek hukum internasional yang ikut serta dalam merumuskan naskah perjanjian tersebut, tetapi juga kepentingan dari pihak lain atau pihak ketiga. Dalam konteks negara, pihak lain atau pihak ketiga ini mungkin bisa menyangkut seluruh negara di dunia, bisa sebagian negara, bahkan bisa jadi hanya beberapa negara saja. Dalam kenyatannya, perjanjian-perjanjian multilateral semacam itu memang membuka diri bagi pihak ketiga untuk ikut serta sebagai pihak di dalam perjanjian tersebut. Oleh karenanya, perjanjian multilateral yang terbuka ini cenderung berkembang menjadi kaidah hukum internasional yang berlaku secara umum atau universal.
a. Perjanjian Internasional Bilateral, yaitu Perjanjian Internasional yang jumlah peserta atau pihak-pihak yang terikat di dalamnya terdiri atas dua subjek hukum internasional saja (negara dan / atau organisasi internasional, dsb). Kaidah hukum yang lahir dari perjanjian bilateral bersifat khusus dan bercorak perjanjian tertutup (closed treaty), artinya kedua pihak harus tunduk secara penuh atau secara keseluruhan terhadap semua isi atau pasal dari perjanjian tersebut atau sama sekali tidak mau tunduk sehingga perjanjian tersebut tidak akan pernah mengikat dan berlaku sebagai hukum positif, serta melahirkan kaidah-kaidah hukum yang berlaku hanyalah bagi kedua pihak yang bersangkutan. Pihak ketiga, walaupun mempunyai kepentingan yang sama baik terhadap kedua pihak atau terhadap salah satu pihak, tidak bisa masuk atau ikut menjadi pihak ke dalam perjanjian tersebut.
b. Perjanjian Internasional Multilateral, yaitu Perjanjian Internasional yang peserta atau pihak-pihak yang terikat di dalam perjanjian itu lebih dari dua subjek hukum internasional. Sifat kaidah hukum yang dilahirkan perjanjian multilateral bisa bersifat khusus dan ada pula yang bersifat umum, bergantung pada corak perjanjian multilateral itu sendiri. Corak perjanjian multilateral yang bersifat khusus adalah tertutup, mengatur hal-hal yang berkenaan dengan masalah yang khusus menyangkut kepentingan pihak-pihak yang mengadakan atau yang terikat dalam perjanjian tersebut. Maka dari segi sifatnya yang khusus tersebut, perjanjian multilateral sesungguhnya sama dengan perjanjian bilateral, yang membedakan hanya dari segi jumlah pesertanya semata. Sedangkan perjanjian multilateral yang bersifat umum, memiliki corak terbuka. Maksudnya, isi atau pokok masalah yang diatur dalam perjanjian itu tidak saja bersangkut-paut dengan kepentingan para pihak atau subjek hukum internasional yang ikut serta dalam merumuskan naskah perjanjian tersebut, tetapi juga kepentingan dari pihak lain atau pihak ketiga. Dalam konteks negara, pihak lain atau pihak ketiga ini mungkin bisa menyangkut seluruh negara di dunia, bisa sebagian negara, bahkan bisa jadi hanya beberapa negara saja. Dalam kenyatannya, perjanjian-perjanjian multilateral semacam itu memang membuka diri bagi pihak ketiga untuk ikut serta sebagai pihak di dalam perjanjian tersebut. Oleh karenanya, perjanjian multilateral yang terbuka ini cenderung berkembang menjadi kaidah hukum internasional yang berlaku secara umum atau universal.
6. Perjanjian
Internasional ditinjau dari kaidah hukum yang dilahirkannya
Penggolongan Perjanjian
Internasional dari segi kaidah terbagi dalam 2 (dua) kelompok:
a. Treaty Contract. Sebagai perjanjian khusus atau perjanjian tertutup, merupakan perjanjian yang hanya melahirkan kaidah hukum atau hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang hanya berlaku antara pihak-pihak yang bersangkutan saja. Perjanjian ini bisa saja berbentuk perjanjian bilateral maupun perjanjian multilateral. Perlu menjadi catatan bahwa sebagaimana sifatnya yang khusus dan tertutup menyangkut kepentingan-kepentingan para pihak yang bersangkutan saja, maka tidak ada relevansinya bagi pihak lain untuk ikut serta sebagai pihak di dalamnya dalam bentuk intervensi apapun, maupun relevensinya bagi para pihak yang bersangkutan untuk mengajak atau membuka kesempatan bagi pihak ketiga untuk ikut serta di dalamnya.
a. Treaty Contract. Sebagai perjanjian khusus atau perjanjian tertutup, merupakan perjanjian yang hanya melahirkan kaidah hukum atau hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang hanya berlaku antara pihak-pihak yang bersangkutan saja. Perjanjian ini bisa saja berbentuk perjanjian bilateral maupun perjanjian multilateral. Perlu menjadi catatan bahwa sebagaimana sifatnya yang khusus dan tertutup menyangkut kepentingan-kepentingan para pihak yang bersangkutan saja, maka tidak ada relevansinya bagi pihak lain untuk ikut serta sebagai pihak di dalamnya dalam bentuk intervensi apapun, maupun relevensinya bagi para pihak yang bersangkutan untuk mengajak atau membuka kesempatan bagi pihak ketiga untuk ikut serta di dalamnya.
b. Law Making Treaty. Sebagai
perjanjian umum atau perjanjian terbuka, merupakan perjanjian-perjanjian yang
ditinjau dari isi atau kaidah hukum yang dilahirkannya dapat diikuti oleh
subjek hukum internasional lain yang semula tidak ikut serta dalam proses
pembuatan perjanjian tersebut. Dengan demikian perjanjian itu, ditinjau
dari segi isi atau materinya maupun kaidah hukum yang dilahirkannya tidak saja
berkenaan dengan kepentingan subjek-subjek hukum yang dari awal terlibat secara
aktif dalam proses pembuatan perjanjian tersebut, melainkan juga dapat
merupakan kepentingan pihak-pihak lainnya. Oleh karena itulah dalam konteks
subjek hukumnya adalah negara, biasanya negara-negara perancang dan perumus
perjanjian itu membuka kesempatan bagi negara-negara lain yang merasa
berkepentingan untuk ikut sebagai peserta atau pihak dalam perjanjian tersebut.
Semakin bertambah banyak negara-negara yang ikut serta di dalamnya maka semakin
besar pula kemungkinannya menjadi kaidah hukum yang berlaku umum. Law
making treaty ini pun dapat dijabarkan lagi berdasarkan jenisnya menjadi:
i. Perjanjian terbuka atau perjanjian umum yang isi atau masalah yang diaturnya adalah masalah yang menjadi kepentingan beberapa negara saja.
ii. Perjanjian terbuka atau perjanjian umum yang isi atau masalah yang diatur di dalamnya merupakan kepentingan sebagian besar atau seluruh negara di dunia.
iii. Perjanjian terbuka atau umum yang berdasarkan ruang lingkup masalah ataupun objeknya hanya terbatas bagi negara-negara dalam satu kawasan tertentu saja.
i. Perjanjian terbuka atau perjanjian umum yang isi atau masalah yang diaturnya adalah masalah yang menjadi kepentingan beberapa negara saja.
ii. Perjanjian terbuka atau perjanjian umum yang isi atau masalah yang diatur di dalamnya merupakan kepentingan sebagian besar atau seluruh negara di dunia.
iii. Perjanjian terbuka atau umum yang berdasarkan ruang lingkup masalah ataupun objeknya hanya terbatas bagi negara-negara dalam satu kawasan tertentu saja.
7. Perjanjian
Internasional ditinjau dari prosedur atau tahap pembentukannya
Dari segi prosedur atau tahap pembentukanya Perjanjian Internasional dibagi ke dalam dua kelompok yaitu:
Dari segi prosedur atau tahap pembentukanya Perjanjian Internasional dibagi ke dalam dua kelompok yaitu:
a. Perjanjian
Internasional yang melalui dua tahap. Perjanjian melalui dua tahap
ini hanyalah sesuai untuk masalah-masalah yang menuntut pelaksanaannya sesegera
mungkin diselesaikan. Kedua tahap tersebut meliputi tahap perundingan
(negotiation) dan tahap penandatanganan (signature). Pada tahap perundingan
wakil-wakil para pihak bertemu dalam suatu forum atau tempat yang secara khusus
membahas dan merumuskan pokok-pokok masalah yang dirundingkan itu. Perumusan
itu nantinya merupakan hasil kata sepakat antara pihak yang akhirnya berupa
naskah perjanjian. Selanjutnya memasuki tahap kedua yaitu tahap penandatangan,
maka perjanjian itu telah mempunyai kekuatan mengikat bagi para pihak yang
bersangkutan. Dengan demikian, tahap terakhir dalam perjanjian dua tahap,
mempunyai makna sebagai pengikatan diri dari para pihak terhadap naskah
perjanjian yang telah disepakati itu.
b. Perjanjian Internsional yang melalui tiga tahap. Pada Perjanjian Internasional yang melalui tiga tahap, sama dengan proses Perjanjian Internasionl yang melalui dua tahap, namun pada tahap ketiga ada proses pengesahan (ratification). Pada perjanjian ini penandatangan itu bukanlah merupakan pengikatan diri negara penandatangan pada perjanjian, melainkan hanya berarti bahwa wakil-wakil para pihak yang bersangkutan telah berhasil mencapai kata sepakat mengenai masalah yang dibahas dalam perundingan yang telah dituangkan dalam bentuk naskah perjanjian. Agar perjanjian yang telah di tandatangani oleh wakil-wakil pihak tersebut mengikat bagi para pihak, maka wakil-wakil tersebut harus mengajukan kepada pemerintah negaranya masing-masing untuk disahkan atau diratifikasi. Dengan dilalui tahap pengesahan atau tahap ratifikasi ini, maka perjanjian itu baru berlaku atau mengikat para pihak yang bersangkutan. Ditinjau dari sudut isi maupun materi dari perjanjian yang dibentuk melalui tiga tahap ini, pada umumnya menyangkut hal-hal yang mengandung nilai penting atau prinsipil bagi para pihak yang bersangkutan. Hanya saja kriteria mengenai penting atau tidak pentingnya masalah tersebut, ditentukan sepenuhnya oleh negara-negara yang bersangkutan.
b. Perjanjian Internsional yang melalui tiga tahap. Pada Perjanjian Internasional yang melalui tiga tahap, sama dengan proses Perjanjian Internasionl yang melalui dua tahap, namun pada tahap ketiga ada proses pengesahan (ratification). Pada perjanjian ini penandatangan itu bukanlah merupakan pengikatan diri negara penandatangan pada perjanjian, melainkan hanya berarti bahwa wakil-wakil para pihak yang bersangkutan telah berhasil mencapai kata sepakat mengenai masalah yang dibahas dalam perundingan yang telah dituangkan dalam bentuk naskah perjanjian. Agar perjanjian yang telah di tandatangani oleh wakil-wakil pihak tersebut mengikat bagi para pihak, maka wakil-wakil tersebut harus mengajukan kepada pemerintah negaranya masing-masing untuk disahkan atau diratifikasi. Dengan dilalui tahap pengesahan atau tahap ratifikasi ini, maka perjanjian itu baru berlaku atau mengikat para pihak yang bersangkutan. Ditinjau dari sudut isi maupun materi dari perjanjian yang dibentuk melalui tiga tahap ini, pada umumnya menyangkut hal-hal yang mengandung nilai penting atau prinsipil bagi para pihak yang bersangkutan. Hanya saja kriteria mengenai penting atau tidak pentingnya masalah tersebut, ditentukan sepenuhnya oleh negara-negara yang bersangkutan.
4. Perjanjian Internasional ditinjau dari jangka waktu berlakunya
Pembedaan atas Perjanjian
Internasional berdasarkan atas jangka waktu berlakunya, secara mudah dapat
diketahui pada naskah perjanjian itu sendiri, sebab dalam beberapa Perjanjian
Internasional hal ini ditentukan secara tegas. Namun demikian, dalam hal
Perjanjian Internasional tersebut tidak secara tegas dan eksplisit menetapkan
batas waktu berlakunya, dibutuhkan pemahaman yang mendalam akan sifat, maksud
dan tujuan perjanjian itu, karena hakikatnya perjanjian itu dimaksudkan untuk
berlaku dalam jangka waktu tertentu atau terbatas. Misalnya, jika objek yang
diperjanjikan itu sudah terlaksana atau terwujud sebagaimana mestinya, maka
perjanjian tersebut berakhir dengan sendirinya. Ada memang
perjanjian-perjanjian yang tidak menetapkan batas waktu berlakunya karena
dimaksudkan berlaku sampai jangka waktu yang tidak terbatas, sepanjang dan
selama perjanjian itu masih dapat memenuhi keinginan para pihak atau masih
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan umum, namun sesungguhnya perjanjian
ini tetap terbatas, yakni pada kebutuhan dan perkembangan zaman itu sendiri. Dilihat
dari sudut materinya, corak perjanjian ini merupakan perjanjian yang mengandung
kaidah hukum yang penting, terutama bagi para pihak yang bersangkutan.
4.
Jelaskan Tahapan pembuatan Perjanjian
International
A. Perundingan (Negotiation)
Tahap ini merupakan langkah awal bagi negara-negara untuk
menentukan objek perjanjian. Pada tahap perundingan ini akan dibicarakan
mengenai hak dan kewajiban yang harus dilakukan setelah disepakati dalam
perjanjian, termasuk keuntungan dan kerugian serta mekanisme pelaksanaan
perjanjian.
Dalam tahap perundingan biasanya suatu Negara akan diwakili oleh
kepala Negara, kepala pemerintahan, menteri luar negeri, dan bisa juga oleh
pejabat Negara yang ditunjuk. Apabila yang mewakili adalah pejabat Negara
lainnya maka memerlukan surat kuasa penuh (Full power/ Credentials).
Namun jika yang mewakili adalah kepala Negara/pemerintahan, dan menteri
tidak memerlukan surat kuasa penuh .
Perundingan yang dialakukan dalam perjanjian bilateral disebut
dengan “talk”. Sedangkan dalam perjanjian multilateral disebut dengan
“diplomatic conference”.
B. Penandatanganan
(Signature)
Tahap ini merupakan tahapan yang penting karena menjadi
bukti nyata suatu Negara mengikat atau tidak dalam
perjanjian. Penandatanganan dapat dilakukan oleh kepala pemerintahan ataupun
oleh menteri luar negeri.
c. Persetujuan Parlemen ( The
Approval of Parliament)
setelah perjanjian international ditanbda tangani oleh menlu
atau duta besar yang ditunjuk oleh Negara atau mewakili setiap pemerintahannya
,naskah dibawah kesetiap Negara untk di pelajari selanjutnya naskah dibawah ke
Dewan Perwakilan Rakyat untk di pelajari dan dibahas bersama- sama dengan
pemerintah .tujuan pembahsanya adalah untk diketahui apakah perjanjian international
tersebut menguntungkan ,baik dari segi kepentingan nasional maupun
international ,,untuk disetujui atau Dewan Perwakilan Rakyat dapat menolaknya
D. Pengesahan (Ratification)
Pengesahan atau ratification merupakan cara yang sudah melembaga
dalam pembuatan perjanjian internasional. Ratifikasi bertujuan memberikan
kesempatan kepada Negara-negara guna mengadakan peninjauan serta pengamatan
apakah negaranya dapat diikat oleh perjanjian itu atau tidak. Selain itu.
dengan adanya ratifikasi akan menumbuhkan keyakinan pada lembaga perwakilan
rakyat bahwa yang menandatangani isi perjanjian tidak melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan kepentingan rakyat.
5.
Apa Yang dimaksud dengan Teori Kebulatan Suara dan Pan- Amerika
Teori persyaratan
Perjanjian Internasional.
_Teori Kebulatan Suara yaitu
perjanjian internasional itu sah jika diterima oleh semua peserta dalam
pembuatan perjanjian tersebut.
_Teori Pan Amerika setiap
perjanjian itu mengikat negara yang mengajukan dengan menerima segala persyaratan
yang ada dalam perjanjian tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar
Harap di isi kolom komentar dengan baik dan ber-ETIKA .
Markus Kono